Latest News

Anak Susah Makan? Jangan Dipaksa, Apalagi Dihukum.


Masa kanak – kanak merupakan salah satu masa – masa yang bisa dibilang vital. Pertumbuhan fisik dan juga kognitif pada masa kanak – kanak berkembang pesat, apalagi pertumbuhan kognitifnya. Untuk mendukung hal ini, maka sudah pasti dibutuhkan asupan nutrisi yang seimbang dan juga cukup untuk membantu menstimulasi perkembangan kognitif anak – anak menjadi lebih baik, dan juga optimal. Nutrisi yang dibutuhkan ini bisa diperoleh dari berbagai macam makanan, yang mengandung vitamin, mineral, dan juga zat – zat penting yang dibutuhkan oleh anak – anak dalam perkembangannya.

Namun demikian, yang namanya anak – anak, masalah makan pun sering muncul. Banyak anak – anak yang rewel dan tidak mau makan – makanan tertentu, padahal makanan tersebut memiliki gizi tinggi dan sangat penting untuk perkembangannya saat itu. Hal ini tentu saja membuat orangtua putar otak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang ada. Ada orang tua yang memaksakan, dan memberikan hukuman ketika anak rewel dan tidak mau makan. Ada pula orangtua yang mengganti makanan dengan suplemen. Kedua hal ini mungkin merupakan baik menurut orangtua, namun masalahnya, metode tersebut malah membuat anak – anak semakin tidak suka dengan makanan tertentu, atau malah merasa bahwa makan adalah sebuah momen yang mengerikan bagi mereka.

Prinsip Modifikasi Perilaku untuk Anak

Cara yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah menerapkan prinsip – prinsip modifikasi perilaku. Prinsip – prinsip modifikasi perilaku ini sangat mudah untuk diterapkan kepada anak – anak. Modifikasi perilaku pada kasus ini adalah untuk mengubah perilaku anak, dari yang tidak mau makan makanan tertentu, menjadi mau untuk mengkonsumsi makanan tertentu. Dalam modifikasi perilaku, terdapat dua hal yang mampu untuk menguatkan perilaku, membangun perilaku baru, atau bahkan menghilangkan perilaku lama, yaitu menggunakan prinsip reinforcement (penguatan / hadiah) dan punishment (hukuman). Reinforcement dan punishment merupakan dua poin penting dalam kesuksesan modifikasi perilaku.

Reinforcement sendiri terbagi kedalam dua bentuk, yaitu reinforcement positif dan juga negative. Reinforcement positif merupakan penguatan suatu perilaku, dengan cara memberikan stimulus yang menyenangkan, misalnya memberikan mainan, pujian, uang, dan sebagainya. Sedangkan negative reinforcement adalah penguatan yang dilakukan dengan cara menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya saja ketika seseorang dipenjara, namun berbuat baik, maka dia akan dibebaskan.

Sedangkan punishment sendiri berperan sebagai hukuman dalam modifikasi perilaku, terbagi menjadi dua, yaitu punishment negative dan juga positif. Punishment negative adalah menghadirkan stimulus – stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya dipukul, dikurung, dijauhi, tidak diajak bicara, dan sebagainya. Sedangkan punishment positif adalah dengan cara menghilangkan atau mengurangi stimulus – stimulus yang menyenangkan, misalnya saja uang jajan dikurangi, jam bermain dikurangi, dan sebagainya.

Penerapan modifikasi perilaku pada anak yang sulit makan

Prinsip modifikasi perilaku menggunaan reinforcement dan juga punishment sangat efektif dilakukan pada anak – anak, karena anak – anak mudah untuk dibujuk, apalagi dengan menggunakan reinforcement berupa benda yang mereka sukai atau inginkan. Misalnya saja, Rini, seorang anak SD sangat tidak suka akan sayuran dan juga buah – buahan sama sekali. Rini selalu menolak untuk makan, dan mengancam tidak akan makan apabila terdapat sayur dan juga buah di dalam meja makan. Dari kasus seperti ini, kita bisa menggunakan prinsip modifikasi, dengan langkah – langkah yagn mudah, yaitu:

1. Tentukan terlebih dahulu stimulus menyenangkan dari si anak. Misalnya si anak suka dengan coklat, mainan baru, boneka baru, jalan – jalan di taman kota, ataupun berkunjung ke rumah neneknya.
2. Setelah menentukan stimulus yang menyenangkan tentukan juga stimulus yang tidak menyenangkan, misalnya saja tidak boleh bermain pada waktu libur, tidak boleh menonton TV, ataupun tidak boleh berjalan – jalan ketika libur.
3. Setelah menentukan stimulus menyenangkan dan tidak menyenangkan, anda bisa membuat pola, bagaimana reinforcement akan diberikan, dan kapan punishment akan diberikan. Untuk lebih mudahnya, berikut ini adalah contoh polanya, yang bisa anda lakukan secara bervariasi, dan dilakukan bertahap :

Menggunakan prinsip reinforcement :

a. Sediakan sayur, buah, dan juga coklat di meja makan, dan katakan bahwa Rini boleh memakan coklat ketika Rini sudah selesai makan sayur dan juga buah.
b. Katakan kepada RIni, “nanti siang kita akan jalan – jalan ke rumah nenek. Tapi, kalau kamu mau ikut ke rumah nenek, maka kamu harus makan dulu sayur dan buahnya ya”.
c. Katakan kepada RIni,” Ibu punya mainan baru loh buat Rini. RIni mau lihat tidak? Kalau RIni mau lihat, makan dulu buah dan juga sayurnya.”

Menggunakan prinsip punishment

a. Katakan kepada Rini “Ayo dimakan buah dan sayurnya dulu, nanti kalau tidak dimakan, Rini tidak boleh jalan – jalan ke rumah nenek loh”.
b. Katakan kepada Rini “Rini, nanti Rini tidak boleh ikut ke Taman yah, soalnya Rini tadi tidak mau makan sayur sama buah sih”.

4. Proses modifikasi perilaku ini tidaklah mudah, dan bisa saja belangsung lama. Agar lebih mudah berhasil, maka orangtua juga harus bisa mengasosiasikan buah dan sayur Rini ini, menjadi sesuatu yang menyenangkan. Misalnya saja, dengan mengatakan “Tuh lihat, Barbie yang cantik saja makan sayur dan buah, masa kamu tidak mau sih?”

Seperti itulah kira – kira prinsip dari penerapan modifikasi perilaku pada anak – anak yagn mengalami kesulitan makan. Hal ini bisa dikembangkan, sesuai dengan masalah perilaku anak, dan juga disesuaikan dengan minat dari anak, yang tentunya bisa anda rancang sendiri di rumah.


No comments:

Post a Comment

Dunia Psikologi dan Fenomena Sekitar Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Goldmund. Powered by Blogger.